Di antara energi-energi yang digunakan oleh manusia, ada yang diketagorikan sebagai energi terbarukan dan tidak terbarukan. Yang dimaksud dengan energi terbarukan adalah energi yang berasal dari siklus proses alamiah yang sedang terjadi, seperti cahaya matahari, angin, aliran air, proses biologi, dan aliran panas bumi (geothermal). Energi-energi tersebut mempunyai siklus waktu (kembali ke wujudnya semula) yang relatif pendek. Di lain pihak, energi fossil yang secara teoritis juga boleh disebut energi terbarukan, merupakan energi dengan siklus yang sangat panjang, bahkan mencapai ratusan juta tahun. Dari rentang waktu siklus itulah maka energi tidak terbarukan. Kebanyakan energi terbarukan, selain energi geothermal dan pasang surut, adalah energi yang bersumber dari matahari. Beberapa diantaranya berupa stored solar energy, seperti curahan air hujan, energi angin, dimana keduanya juga tergolong solar energy storage berjangka waktu singkat. Di sisi lain, proses biomasa merupakan solar energy storage yang berjangka waktu lebih lama, yaitu dari beberapa minggu hingga berbulan-bulan
Pada umumnya, energi terbarukan juga merupakan energi yang murah, bahkan gratis (free energy), meskipun sumber-sumbernya tidak dapat disebut gratis. Disebut energi karena sumber energinya tersedia secara langsung dari suatu lingkungan yang sangat luas dan diperkirakan tidak dapat dihabiskan oleh manusia. Pembahasan pengembangan energi terbarukan di sini adalah terkait dengan pemanfaatan sumber-sumber energi terbarukan oleh manusia. Perhatian kita kepada energi terbarukan sangatlah erat keterkaitannya dengan kepedulian kita atas semakin berkurangnya cadangan minyak bumi, kerusakan lingkungan hidup, risiko sosial dan ekonomi dari penggunaan minyak bumi dan batubara secara besar-besaran belakangan ini, maupun adanya rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PTLN) di Semenanjung Muria (Jateng) yang muncul dalam pemberitaan koran beberapa bulan terakhir. Tabel 1 memperlihatkan potensi energi-energi terbarukan di Indonesia. Jika kita bandingkan kolom 5 dengan kolom 3 pada tabel tersebut, tampak bahwa potensi energi-energi terbarukan di Indonesia belum digunakan secara maksimal.
Berikut ini adalah penjelasan tentang beberapa jenis sumber energi terbarukan yang dapat dimanfaatkan sebagai pengganti minyak bumi dan batubara:
Energi Panas Bumi (geothermal)
Indonesia terletak di Jalur Cincin Api (Ring of Fire). Gambar 1 memperlihatkan letak Indonesia di dalam lingkaran api (ring of fire), yang merupakan wilayah yang rentan gempa. Panjang jalur di Indonesia sendiri lebih dari 7.500 km dengan lebar 50-200 km. Berdasarkan hasil penelitian di sepanjang jalur tersebut diperoleh 217 daerah dengan prospek geothermal. Lebih dari 150 gunung berapi yang berada di sekitar Pasifik, dan sebagian besar masih aktif.Sebagai negara yang terletak di wilayah the ring of fire, banyaknya gunung berapi aktif di negara ini sangat potensial dalam energi geothermal. Potensi geothermal Indonesia bahkan sebesar 40% potensi dunia. Tabel 1 memperlihatkan bahwa Indonesia baru memanfaatkan energi ini sebesar 800 megawatts, sementara potensinya adalah 27 gigawatts (1 gigawatt = 1000 megawatts). Philipina, negara di utara Indonesia telah memanfaatkan energi geothermalnya sebesar 2.673 MW dan menjadi negara pengguna energi geothermal terbesar ke 2 setalah Amerika Serikat. Oleh sementara kalangan disebutkan bahwa energi geothermal bukan tergolong energi terbarukan. Namun apabila kita menyuntikkan air kembali ke dalam bumi di sekitar sumber-sumber energi tersebut, suhu magma akan merebusnya menjadi uap air bertekanan tinggi. Ini berarti kita telah membuatnya menjadi energi terbarukan karena bersiklus pendek lewat suntikan air ke dalam tanah.
Energi Angin (wind energy)
Angin terjadi karena tidak meratanya panas matahari yang jauh ke bumi. Energi kinetik yang terdapat pada angin dapat digunakan untuk menggerakkan turbin, bahkan hingga yang berkekuatan 5 MW. Daya outputnya merupakan fungsi dari kecepatan angin berpangkat tiga, serta memerlukan angin dengan kecepatan 5,5 m/detik (atau 20 km/jam) atau lebih. Semakin tinggi menara sebuah turbin angin dari permukaan tanah semakin besar kecepatan angin yang menggerakkannya. Saat ini terdapat ribuan turbin angin di seluruh dunia, dengan kapasitas total mencapai 59.322 MW. Potensi energi angin di Indonesia adalah 9.287 MW dan baru dimanfaatkan sebesar 0,5 MW.
Energi Air (hydro power)
Energi air dapat dimanfaatkan lewat air yang bergerak atau tercurah maupun lewat perbedaan temperatur antara permukaan dan dasar laut (OTEC). Karena massa jenisnya yang ribuan kali lebih besar dari udara, gerakan arus air yang lambat saja dapat menghasilkan energi yang besar. Di negara-negara yang sudah berwawasan lingkungan, pembangkit listrik energi air berukuran besar kurang diminati, terlebih bila harus membuat danau buatan yang akan menggenangi ribuan hektar lahan. Meraka lebih menyukai pembangkit jenis mini hidro dan mikrohidro dalam jumlah banyak. Tabel 1 memperlihatkan bahwa potensi energi air di Indonesia adalah sebesar 75,67 GW namun baru dimanfaatkan sebesar 4.200 MW dimana sebagian besar berada di Pulau Jawa.
Energi Biomassa dan Biogas
Energi ini merupakan hasil kekayaan alam yang berupa hutan dan tanaman tropis. Teknologi yang dipakai untuk mengubah energi biomasa menjadi energi listrik sudah banyak dipakai di negara-negara lain. Sampah yang ribuan ton jumlahnya di kota-kota besar di Indonesia merupakan biomasa yang dibuang setiap harinya, dan hanya sebagian kecil aja yang diolah sebagai pupuk kompos. Jika saja sampah, yang selalu menjadi masalah serius di kota-kota besar, diolah menjadi energi listrik maka akan dapat menghasilkan energi listrik lebih dari 150 MW. Sumber-sumber energi biomasa lainnya adalah limbah dari sektor kehutanan, pertanian dan perkebunan. Total potensi energi biomasa di Indonesia adalah 49.807 MW. Potensi energi biomas yang berasal dari kayu dan sisa hasil panen dapat dilihat pada Tebel 2.
Tanaman bambu dan singkong dapat diolah menjadi bio ethanol, yang juga disebut ethil alcohol. Jenis bahan bakar ini dapat menggantikan fungsi bahan bakar benzin. Sedangkan dari biji-bijian tanaman bunga matahari, kelapa sawit, jarak pagar dapat dibuat minyak biodiesel. Perlu diperhatikan bahwa pembukaan lahan perkebunan dari jenis tanaman ini sebaiknya di lahan yang tidak subur, bukan dengan menghacurkan hutam alami menjadi perkebunan. Karena sifat perkebunannya yang monokultur, maka ada kemungkinan akan menggangu habitat dan kehidupan flora dan fauna yang ada sebelum berubah menjadi perkebunan. Atas dasar inilah sebaiknya perkebunan di buka atas tanah yang tidak subur.
Radiasi Energi Matahari secara langsung (Solar Energy)
Energi matahari dapat membangkitkan listrik lewat solar cells, menghangatkan isi rumah di musim dingin, memasak lewat kompor matahari, dan lain sebagainya. Kelemahannya adalah kerena tidak dapat menyajikan energi secara konstan karena terhalang oleh awan dan tidak tetap posisinya. Ketidak stabilan ini dapat diatasi dengan menyimpan energinya ke dalam batarai. Meskipun Indonesia terletak di garis ekuator yang cukup strategis memperoleh cahaya matahari namun karena kondisinya yang merupakan negara kepulauan membuat cahaya matahari sering terhalang awan tebal.
Sebagian negara kepulauan dengan jumlah lebih dari 15.000 pulau, interkoneksi jaringan transmisi/kabel dari pulau-pulau besar ke pulau-pulai kecil dan terpencil menjadi tidak ekonomis. Pembangunan instalasi listrik energi matahari merupakan solusi yang tepat, khususnya dalam menggantikan pembangkit listrik berpenggerak diesel yang umumnya di pulau-pulau terpencil tersebut.
Energi Gelombang Laut
Gelombang laut yang berfluktuasi akan membuat pelampung atau jembatan apung bergerak naik turun mengikuti turun-naiknya permukaan air laut tersebut. Apabila gerakan naik turun pelampung tersebut di konversikan menjadi gerakan rotasional, pendulum, atau translasional, maka energi mekanis yang dikandungnya dapat memanfaatkan untuk memutar atau menggerakkan generator listrik. Potensi energi gelombang laut di Indonesia sebanding dengan panjang pantainya yang tidak kurang dari 81.000 kilometer.Pemanasan global adalah akibat dari kegiatan manusia di seluruh dunia, meskipun berbeda-beda aktivitasnya. Karenanya, berahlinya ketergantungan kita selama ini pada bahan bakar fosil harus segera kita akhiri, tanpa menunggu instruksi pemerintah. Kiranya paparan ini boleh menggugah kita semua untuk semakin tanggap dan peduli akan berbagai masalah maupun bencana yang belakangan ini terjadi sebagai dampak perubahan iklim di Indonesia, maupun di bagian dunia lainnya.
No comments:
Post a Comment