Monday, November 6, 2017

Hati Nurani

Hati Nurani

1. Hati nurani sebagai Fenomena Moral.
2. Kesadaran dan Hati Nurani.
3. Hati Nurani Retrospektif dan Hati Nurani Prospektif.
4. Hati Nurani bersifat Personal dan Adipersonal.
5. Hati Nurani sebagai Norma Moral yang subyektif.
6. Pembinaan Hati Nurani.
    a. Hati Nurani dan "Superego"
    b. Hubungan Hati Nurani dengan Superego.

1. Hati nurani sebagai Fenomena Moral

Setiap orang mempunyai pengalaman tentang hati nurani dan mungkin pengalaman tersebut merupakan perjumpaan paling jelas dengan moralitas sebagai kenyataan. Karena itu, pengalaman tentang hati nurani merupakan jalan masuk yang tepat untuk belajar mengenai etika. Ada 3 contoh berbeda tentang pengalaman hati nurani yang dipilih.

Contooh 1.

Seorang hakim telah menjatuhkan vonis perkarapengadilan yang penting. Sebelumnya dia didatangi oleh wakil pihak terdakwa yang menawarkan sejumlah uang, apabila hakim tersebut bersedia memenangkan pihaknya. Hakim yakin bahwa terdakwa bersalah dengan barang bukti yang jelas. Karena tergiur oleh uang hakim itu mau menerima tawaran tersebut. Ia telah memutuskan terdakwa tidak bersalah dan membebaskan dari segala tuntutan hukum. Kejadian itu tentu menguntungkan bagi hakim, karena ia bisa menyekolahkan anaknya keluar negeri, membeli rumah dan memiliki harta yang banyak. Namun demikian ia tidak bahagia, hatinya gelisah. Ia seolah-olah malu dengan dirinya sendiri. Ia tidak bisa menghilangkan kegelisahannya. Sampai sekarang ia setia kepada sumpah dan janji ketika ia di lantik sebagai penjabat yang luhur. Mengapa kali ini ia sampai jatuh?. Ia merasa marah dan muak terhadap diri sendiri.

Contah 2.

Thomas Grissom adalah ahli fisika dari Amerika Serikat. Selama 15 tahun ia bekerja penuh semangat dalam usaha mengembangkan dan membangun generator neutron. Sanking semangat ia lupa akan tujuan dibuatnya benda-benda tersebut, yaitu menggalakkan dan menghasilkan senjata nuklir. Lama kelamaan hati nuraninya mulai berbicara, khususnya setelah ia membaca sejarawan Arnold Toynbee berjudul A Study of History "Bila orang mempersiapkan perang, sudah ada perang baru" pada saat itu ia menyadari sedang membantu pada perang nuklir yang mampu memusnahkan sebagian besar permukaan bumi. Padahal pribadinya memberontak terhadap kemungkinan terjadinya perang nuklir. Lalu ia membicarakan dengan isterinya. Ia membicarakan konsekuens finansial apabila ia berhenti dari pekerjaan di Laboratorium Nasional Amerika. Lalu ia memutuskan keluar dari industri senjata nuklir dan memilih menjadi dosen di Evergreen State Collage di Olympia di Wongshinton dengan gaji yang lebih kecil dari pada waktu bekerja di Lab.

Contoh 3.

Dari ceritera Bhagavad Gita (Ramayana) ditemukan contoh bagus berkaitan dengan konflik batin yang berlangsung dalam hati nurani. Dalam sebuah kereta berkuda Arjuna menuju ketempat pertempuran bersama Krisna yang bertindak sebagai saisnya. Setelah sampai ditempat tujuan, ia melihat sanak saudara, guru-guru dan sahabat-sahabatnya menjadi lawannya. Melihat itu ia merasa sedih dan putus asa yang memenuhi hatinya. Ia tidak tega berperang. Busur saktinya terjatuh dari tangannya, ia sendiri rebah dalam kereta, hatinya dilingkupi keputus asaan dan kesedihan. Usaha Krisna untuk membesarkan hatinya tidak mengubah sikapnya. Dengan tegas ia pun memutuskan : "saya tidak akan berperang, Krisna".

2. Kesadaran dan Hati Nurani

Dengan hati nurani dimaksudkan untuk menghayati tentang baik atau buruk berhubungan dengan tingkah laku konkret kita. Hati nurani ini memerintahkan atau melarang kita untuk melakukan sesuatu kini dan di sini. Ia tidak berbicara yang umum, melainkan tentang situasi yang konkret. Tidak mengikuti hati nurani ini berarti menghancurkan integritas pribadi kita dan menghianati martabat terdalam kita. Hati nurani berkaitan erat dengan kenyataan bahwa manusia mempunyai kesadaran. Untuk mengerti hal ini perlu kita bedakan antara pengenalan dan kesadaran. Kita mengenal, bila kita melihat, medengar atau merasakan sesuatu. Tetapi pengenalan ini tidak monopoli manusia. Seekor hewanpun bisa mendengar bunyi atau mencium bau busuk, karena itu hewan bisa mengenal. Hanya manusia mempunyai kesadaran, dengan kesadaran dimaksudkan kesanggupan manusia untuk mengenal dirinya sendiri.

3. Hati Nurani Retrospektif dan Hati Nurani Prospektif

Dapat dibedakan dua bentuk hati nurani : hati nurani restrospektif dan prospektif. Hati nurani retrospektif memberikan penilaian tentang perbuatan-perbuatan yang telah berlangsung dimasa lampau. Hati nurani semacam ini seakan-akan menoleh ke belakang dan menilai perbuatan yang sudah lewat. Ia menyatakan bahwa perbuatan yang dilakukan itu baik atau buruk. Hati nurani ini, menuduh atau mencela bila perbuatannya jelek dan sebaliknya, bila perbuatannya dianggap baik. Bila hati nurani menghukum dan menuduh kita, kita merasa gelisah dalam batin. Hati nurani prospektif melihat ke masa depan dan menilai perbuatan kita yang akan datang. Hati nurani dalam arti ini mengajak kita untuk melakukan sesuatu, mengatakan "jangan" dan untuk melarang untuk melakukan sesuatu. Disini aspek negatif lebih mencolok. Ia mengatakan hati nurani pasti akan menghukum kita, andaikata kita melakukan perbuatan itu.

4. Hati Nurani bersifat Personal dan Adipersonal

Hati nurani bersifat personal artinya selalu berkaitan erat dengan pribadi bersangkutan. Hati nurani di warnai oleh kepribadian kita. Hati nurani akan berkembang juga bersamaan dengan berkembangnya seluruh kepribadian kita. Disamping aspek personal, hati nurani menunjukkan aspek adi personal, hati nurani seolah-olah melebihi pribadi kita. Hati nurani artinya hati yang diterangi (nur = cahaya). Orang beragama kerap kali mengatakan bahwa hati nurani adalah suara TUHAN atau TUHAN berbicara melalui hati nurani. Setiap orang mempunyai hati nurani karena ia manusia. Kenyataan itu justru menyediakan landasan untuk mencapai persetujuan dibidang etis antara semua manusia, melampaui segala perbedaan mengenai agama, kebudayaan, posisi ekonomis, dll.

5. Hati Nurani sebagai Norma Moral yang Subyektif

Dalam sejarah filsafat sering dipersoalkan apakah hati nurani termasuk perasaan, kehendak atau rasio. Dalam filsafat dewasa ini sudah terbentuk keyakinan bahwa manusia tidak bisa dipisahkan ke dalam pelbagi fungsi atau daya. Fungsi dapat dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan. Dalam hati nurani memainkan peran perasaan, kehendak maupun rasio. Tetapi terdapat tendensi kuat dalam filsafat untuk mengakui bahwa hati nurani secara khusus harus dikaitkan dengan rasio. Alasannya karena hati nurani memberi suatu penilaian, artinya suatu putusan (judgement). Ia menegaskan : ini baik dan harus dilakukan atau itu buruk dan tidak boleh dilakukan. Memutuskan jelas merupakan fungsi dari rasio. Mengikuti hati nurani merupakan hak dasar bagi setiap manusia. Tidak ada orang lain yang berwenang untuk campur tangan dalam putusan hati nurani seseorang. Tidak boleh terjadi, bahwa seseorang dipaksa untuk bertindak bertentangan dengan hati nuraninya. Dalam Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia (1948) disebutkan juga : hak atas kebebasan hati nurani (Pasal 18). Konsekuensinya bahwa negara harus menghormati putusan hati nurani warganya. Dapat disimpulkan bahwa tidak pernah kita boleh bertidak bertentangan dengan hati nurani. Hati nurani selalu harus diikuti, juga kalau secara obyektif ia sesat. Akan tetapi manusia wajib mengembangkan hati nurani dan seluruh kepribadian etisnya sampai menjadi matang dan seimbang. Pada orang yang sungguh-sungguh dewasa dalam bidang etis, putusan subyektif dari hati nurani akan sesuai dengan kualitas obyektif dari perbuatannya.

6. Pembinaan Hati Nurani

Hati nurani harus didik, seperti halnya akal budi manusia membutuhkan pendidikan. Pendidikan akal budi jauh lebih gampang untuk dijalankan. Pendidikan di sekolah, bertujuan untuk mengembangkan dan mendidik akal budi anak-anak. Pendidikan di sekolah untuk mencerdaskan. Pendidikan hati nurani bersamaan dengan seluruh pendidikan moral, jauh lebih kompleks sifatnya. Filsuf Prancis, Gabriel Madinier (1895-1958), tempat yang serasi untuk pendidikan moral adalah keluarga, bukan sekolah.

a. Hati Nurani dan "Superego"

Hati nurani sering kali dikaitkan dengan superego.
Istilah superego bersala dari Sigmund Freud (1856-1939), dokter ahli saraf dari Australia yang meletakkan dasar untuk psikoanalisis. Ia mengemukakan istilah tersebut dalam rangka teorinya tentang struktur kepribadian manusia. Atau lebih tepat lagi, bila dikatakan dlam teorinya yang kedua tentang struktur kepribadian, yang sejak tahun 1923 (sejak bukunya The Ego and The Id) menggantikan pandangan terdahulu. Pandangan Sigmund Freud tentang Struktur Kepribadian. Tubuh manusia memiliki struktur tertentu : ada kepala, kaki, lengan, dan batang tubuh. Psike kita juga mempunyai struktur, walaupun tidak terdiri dari bagian-bagian dari ruang. Menurut Freud, Struktur psikis manusia meliputi 3 (tiga) instansi atau sistem yang berbeda, Ketiga sistem tersebut adalah Id, Ego, dan Seperego. Superego itu berhubungan dengan apa yang kita sebut dalam etika dengan nama "hati nurani". Tetapi supaya hubungan itu dapat dimengerti, perlu dijelaskan tentang ketiga instansi tersebut.

a. Id

menurut Freud bahwa hidup psikis kita ibarat gunung es yang terapung-apung di laut. Hanya puncaknya tampak diatas permukaan air, tetapi sebagian besar gunung es itu tidak kelihatan. Hidup psikis manusia juga sebagian besar tidak tampat atau lebih tepat tidak sadar, namun tetap merupakan kenyataan yang harus diperhitungkan. Itu berarti bahwa apa yang dilakukan oleh manusia, khususnya yang diinginkan, cita-cita, kehendak, untuk sebagian besar tidak disadari oleh manusia itu sendiri. Freud mengintroduksikan ke dalam psikologi paham "ketidaksadaran dinamis", artinya ketaksadaran yang mengajarkan sesuatu dan tidak tinggal diam. Sejak Freud, kita tahu bahwa ada juga aktivitas psikis yang tidak disadari oleh subyek yang bersangkutan sendiri. Freud menggunakan istilah "Id" untuk menunjukkan ketaksadaran itu. Id adalah lapisan paling fundamental dalam susunan psikis seorang manusia. Id meliputi segala sesuatu yang bersifat impersonal atau anonim, tidak disengaja atau tidak disadari, dalam daya-daya yang mendasar yang menguasai kehidupan psikis manusia. Freud memilih istilah "Id" (atau bahasa aslinya "Es") yang merupakan kata ganti orang neutrum. Tentang Id berlaku bukan aku (=subyek) yang melakukan, melainkan ada yang melakukan dalam diri aku. Bagi Freud, adanya Id terbukti terutama adanya Id adalah mimpi. Kedua, adanya Id terbukti jika kita mempelajari perbuatan-perbuatan yang pandangan pertama remeh saja seperti tidak punya arti, salah ucap, "keseleo lidah", lupa, dsb. Perbuatan-perbuatan tersebut tidak kebetulan, tetapi berasal dari kegiatan psikis yang tidak sadar. Ketiga, alasan paling penting bagi Freud untuk menerima adanya ketidaksadaran adalah pengalamannya dengan pasien-pasien yang menderita neurosis. Dari segi psikologis pasien tidak mengidap kelainan apa-apa, namun pada kenyataannya merekan mempunyai bermacam-macam gejala yang aneh Freud menemukan bahwa neurosis disebabkan oleh faktor-faktor tak sadar. Kata Freud : Id dipimpin oleh "prinsip kesenangan" (the pleasure prinsiple). Dalam mimpi sering kali kita melihat hal-hal yang sama sekali tidak logis. Id atau kesadaran psikis setiap manusia didasarkan atas Id itu.

b. Ego

Ego atau Aku, mulai mekar dari Id melalui kontak dengan dunia luar. Aktivitas Ego bisa sadar, prasadar atau tak sadar. Contoh : Aktivitas sadar disebut : persepsi lahiriah (saya melihat pohon disitu), persepsi batiniah (saya merasa sedih), dan persepsi intelektual. Aktivitas prasadar, fungsi ingatan. (saya mengingat kembali nama yang tadinya saya lupa). Aktivitas tak sadar, dijalankan oleh ego melalui mekanisme-mekanisme pertahanan, misal seseorang yang dalam hati kecilnya sangat takut pada kenyataannya berlaga gagah berani. Ego dikuasai oleh "prinsip realitas" kata Freud. Akhirnya, Ego menjamin kesatuan kepribadian atau dengan kata lain, mengadakan sintesis psikis.

c. Superego

Superego termasuk Ego, Superego merupakan dasar bagi fenomena yang kita sebut "hati nurani".

b. Hubungan Hati Nurani dengan Superego

Tentang hubungan antara hati nurani dengan superego dapat dikatakan sebagai beriku : Superego dimengerti sebagai dasar psikologis bagi fenomena etis yang kita sebut "hati nurani" atau sebagai dasar psikologis antara lain bagi fungsi seperti hati nurani yang etis. Menurut Freud, Superego bersifat lebih luas dari pada hati nurani.

No comments:

Post a Comment